Friday, May 19, 2006

Ujian Nasional n tawuran


Kemarin, pelajar SMA n sederajat menyelesaikan Ujian Nasionalnya..Ujian Nasional dengan hanya 3 mata pelajaran yang diujikan, tapi amat menentukan nasib mereka setelah 3 tahun lamanya belajar di Sekolah Menengah..Sebetulnya saya tak setuju dengan sistem ujian nasinal yang telah berlaku kira-kira 3 tahun terakhir. Kenapa saya tak setuju? Karena ujian yang hanya beberapa hari tetapi menentukan nasib pelajar-pelajar itu. Buat apa mereka belajar, bergaul, berinteraksi dengan lingkungannya selama 3 tahun kalau nasibnya hanya ditentukan dalam seminggu. Tak lagi diperhatikan usaha mereka selama 3 tahun karena mungkin saja pada hari-hari penentuan nasib tersebut mereka sakit atau sedang terkena masalah, dan siapa yang peduli. Karena sistem inilah, tahun kemarin saya mendengar kalau beberapa guru sekolah di Bekasi mengajari anak didiknya ketika mengerjakan ujian karena mereka tak tega jika sampai anak didiknya tak lulus. Jika tak lulus mereka harus mengulang lagi tahun depan, padahal belum tentu mereka bodoh atau nakal. Sebagai contoh dulu kakak kelas adik saya sampai harus mengulang ujian karena nilainya kurang 0,01 poin padahal pada mata pelajaran lain nilainya merupakan nilai tertinggi di sekolahnya atau bahkan se-Bandung,betapa kasihannya dia. Lebih baik pemerintah mencari formula lain yang tidak hanya menguntungkan bagi pemerintah tapi juga bagi siswa, formula yang lebih mendidik. Sehingga dihasilkan lulusan yang berkualitas, tidak sekedar lulus. Lho kok saya jadi mengeluarkan unek-unek saya tentang ujian nasional ya, padahal saya justru ingin menulis tentang tawurannya..ah tak apalah sebagai pembuka.

Kembali ke soal tawuran, tadi pagi saya mendengar bapak n ibu ribut-ribut saat mendengar berita bahwa pelajar sukabumi tawuran sehabis ujian nasional.Oh my god, apalagi ini setelah kemarin gonjang ganjing soal p' harto, sekarang pelajarpun ikut ribut juga. Para pelajar tersebut tawuran sehabis mereka menyelesaikan ujian dan akibatnya melukai seorang warga. Karena tak tahan dengan kelakuan para pelajar maka warga sekitarpun membawa mereka ke polisi bahkan ada yang sampai dipukuli segala. Apa mereka tak sadar ya,ujian memang sudah selesai dan itu bukan berarti mereka bebas, siapa tahu mereka tak lulus. Apalagi saat di televisi terlihat kalau bajunya sudah penuh dengan coretan. Daripada seragam menjadi rusak kan lebih baik disumbangkan saja kepada teman-temanya yang tak sanggup membeli seragam sekolah. Aduh seperti inikah cermin pelajar saat ini, belum lagi dengan maraknya pornografi dikalangan pelajar. Saya tak sanggup berkhayal seperti apa nasib bangsa kita akan datang jika para generasi mudanya seperti mereka. Tawuran itu tak hanya terjadi di Sukabumi tetapi juga terjadi di Jakarta yang juga melukai seorang kernet. Setiap hari aku naik KRL dan banyak bertemu bapak-bapak atau ibu-ibu yang harus bekerja di jakarta. Apa mereka yang tawuran tak pernah memikirkan bagaimana perjuangan orangtuanya mencari uang untuk sekolah mereka, menginginkan anaknya menjadi orang yang berhasil. Tak apalah mereka sedikit nakal tapi tak merugikan orang lain.

Mungkin ini juga hasil dari sistem pendidikan kita yang lebih menekankan pada isi otak daripada isi hati. Moral tak lagi diajarkan di sekolah sehingga tak ada lagi hati yang berbicara. Pendidikan hanya berpusat pada si a harus menguasai materi ini ketika lulus, si a harus mencapai nilai x jika ingin berhasil, si a harus begini begitu dan sebagainya. Tak diajarkan bagaimana seseorang seharusnya berinteraksi, sopan santun, semua serba menghapal dan bukan menghayatinya, sampai2 pelajaran agamapun hanya pelajaran menghapal. Jadilah negara ini seperti sekarang. Berkutat pada egonya masing-masing tanpa peduli yang lain.Lho kok tulisannya jadi emosi..he..he..he. Tapi saya masih berharap dari sekian banyak keburukan ada satu kebaikan yang menghapus keburukan itu.

No comments: